Wanita Tua Ini Menamparku (Base on true story)
Sukses menamparku wanita tua ini. Bu Desum kumenyapanya. Saat sikap pesimisku akan ketidak bisaanku belajar dan mengfahal Lebih banyak, beliau menamparku berkali-kali dengan kegigihannya.
Enam tahun lalu, saya yang pesimis saat mengajarkan beliau. Dugaanku berkata, wanita tua ini tidak akan bisa. Ya, saya katakan seperti itu bukan tanpa alasan, karena wanita ini rada gagap, gemetar, mengucapkan huruf tidak jelas, dan kudapati dirinya pernah menangis saat dibetulkan berkali-kali dan salah juga berkali-kali. Tapi hebatnya, malam berikutnya beliau masih datang ngaji lagi.
Tidak akan bisa. Iya, masih dugaanku, maka kucoba menyamangati diriku dan mereka, kukatakan, "Kalaupun pajenengan (kalian) tidak bisa ngaji atau tidak lancar, setidaknya pajenengan punya jawaban di sisi Allah, kalau pajenengan sudah berusaha untuk bisa."
Malam-malam berlalu, dan wanita usia senja ini terus menamparku, kalau dia tidak pernah menyerah, padahal aku yang hampir menyerah.
Dia menampar lagi, di saat kumerasa bosan, dia tidak pernah merasa bosan, dan suatu saat, di saat jama'ah nenek yang lain tidak ngaji, dia datang sendiri sama satu temannya dan berkata pada diriku dengan terbata-bata, "u-u-ustadz, mboten (tidak) ngaji?"
Ah, aku terharu, aku nangis, saat ingin kukatakan libur dulu, dia malah menamparku lagi, apa untuk akhirat ada liburnya? Apa untuk bekal, harus berhenti?
Hari-hari yang memberatkan berlalu, dan hari ini saya tersenyum dengan tidak pada kata menyerah, dan beliau tertawa dengan tidak pada kata berhenti.
Beliau bisa selesaikan Iqra. Beliau bisa mengucap setiap huruf Al-Qur'an walau dengan berat. Dan beliau bisa membolak balikkan lembaran Al-Qur'an dan membacanya sendiri.
Ah wanita tua, engkau menamparku begitu perih, diusiaku ini, hampir kumenyerah menghafal Al-Qur'an dan memahaminya, tapi kehadiranmu membuatku bisa berkata, "Tidak ada yang tidak mungkin, dan tidak ada orang bodoh."
Salam, bagikan ke yang lain agar bisa menampar kita yang masih muda. Jazakumullahu khaeran.
Mari bantu saya bangun pesantren gratis di pelosok
Kutipam dari:
Irsun Anwar Badrun
Rusdiana
Gubuk Qur'an
Base on true story
Jangan biarkan Al-Qur'anmu berdebu