Senin, 30 Agustus 2021

Wanita Tua Ini Menamparku

 Wanita Tua Ini Menamparku (Base on true story)


Sukses menamparku wanita tua ini. Bu Desum kumenyapanya. Saat sikap pesimisku akan ketidak bisaanku belajar dan mengfahal Lebih banyak, beliau menamparku berkali-kali dengan kegigihannya.

Enam tahun lalu, saya yang pesimis saat mengajarkan beliau. Dugaanku berkata, wanita tua ini tidak akan bisa. Ya, saya katakan seperti itu bukan tanpa alasan, karena wanita ini rada gagap, gemetar, mengucapkan huruf tidak jelas, dan kudapati dirinya pernah menangis saat dibetulkan berkali-kali dan salah juga berkali-kali. Tapi hebatnya, malam berikutnya beliau masih datang ngaji lagi.

Tidak akan bisa. Iya, masih dugaanku, maka kucoba menyamangati diriku dan mereka, kukatakan, "Kalaupun pajenengan (kalian) tidak bisa ngaji atau tidak lancar, setidaknya pajenengan punya jawaban di sisi Allah, kalau pajenengan sudah berusaha untuk bisa." 

Malam-malam berlalu, dan wanita usia senja ini terus menamparku, kalau dia tidak pernah menyerah, padahal aku yang hampir menyerah.

Dia menampar lagi, di saat kumerasa bosan, dia tidak pernah merasa bosan, dan suatu saat, di saat jama'ah nenek yang lain tidak ngaji, dia datang sendiri sama satu temannya dan berkata pada diriku dengan terbata-bata, "u-u-ustadz, mboten (tidak) ngaji?"

Ah, aku terharu, aku nangis, saat ingin kukatakan libur dulu, dia malah menamparku lagi, apa untuk akhirat ada liburnya? Apa untuk bekal, harus berhenti?

Hari-hari yang memberatkan berlalu, dan hari ini saya tersenyum dengan tidak pada kata menyerah, dan beliau tertawa dengan tidak pada kata berhenti.

Beliau bisa selesaikan Iqra. Beliau bisa mengucap setiap huruf Al-Qur'an walau dengan berat. Dan beliau bisa membolak balikkan lembaran Al-Qur'an dan membacanya sendiri.

Ah wanita tua, engkau menamparku begitu perih, diusiaku ini, hampir kumenyerah menghafal Al-Qur'an dan memahaminya, tapi kehadiranmu membuatku bisa berkata, "Tidak ada yang tidak mungkin, dan tidak ada orang bodoh." 

Salam, bagikan ke yang lain agar bisa menampar kita yang masih muda. Jazakumullahu khaeran.

Mari bantu saya bangun pesantren gratis di pelosok

Kutipam dari:

Irsun Anwar Badrun

Rusdiana

Gubuk Qur'an


Base on true story

Jangan biarkan Al-Qur'anmu berdebu

Apatah lagi mencadi koleksi cantik termuseumkan di rak lemarimu

Jumat, 27 Agustus 2021

PENGEMIS TUA DAN ANALOGI QUR'AN

 MUHASABAH : "PENGEMIS TUA DAN ANALOGI QUR'AN"


Seorang wanita tua duduk setiap hari mengemis di depan pintu masjid.

Suatu hari wanita tua itu dilihat oleh imam masjid dan berkata kepadanya :

Wahai ummi, engkau adalah wanita mulia, anakmu rajin ke masjid, lalu kenapa mengemis?.


Wanita itu menjawab :

"suamiku sudah wafat beberapa tahun yang lalu, satu-satunya anakku sejak 8 bulan yang lalu pergi merantau... dia meninggalkan uang untukku... tapi setelah uang itu habis, saya terpaksa mengemis".


Imam masjid bertanya :

"apakah anakmu tidak mengirimkan uang untukmu?"


Wanita menjawab :

"setiap bulan anakku mengirim aku gambar warna-warni, yang aku tempelkan di dinding sebagai kenangan".


Syekh imam masjid kemudian datang menziarahi rumah wanita pengemis tersebut, dan subhanallah... ternyata lembaran warna-warni yang dia tempelkan itu adalah uang dollar, wanita tua itu tidak mengerti kalau itu adalah uang... Ada 8000 dollar, karena anaknya mengiriminya 1000 dollar setiap bulan.


Imam masjid mengambil uang itu dan menukarkannya dengan semua keperluan wanita tsb, lalu menyerahkannya kepada wanita itu... Sejak saat itu wanita tua tersebut tidak pernah lagi duduk di pintu masjid mengemis.


Jika dianalogikan, kisah wanita tua tersebut, hampir mirip dengan kondisi sebahagian besar umat Islam.

Kita memiliki al-Qur'an, kitabullah, pedoman hidup, sesuatu yang sangat berharga, tetapi kita tidak memahami isinya dan tidak mau membacanya. Tidak paham bahwa ia adalah pedoman hidup...!!!

Al Qur'an hanya menjadi penghias rak lemari, atau kaligrafi yang di tempelkan di dinding.

Lalu kita *mengemis ke Timur dan ke Barat, mencari pedoman hidup dan aturan bermasyarakat... belajar ilmu dunia A, B & C….* padahal ditengah-tengah kita ada sesuatu yang sangat berharga, ada *al-Qur'an, pedoman yang sesungguhnya* !!!


Sahabat…!!!

Kita sesungguhnya kaya, kita hanya butuh menjadikan Al Quran sebagai acuan dalam kehidupan nyata kita…

Mari jadikan sebagai bacaan harian kita…

Jadikan sebagai penyejuk hati…

Cahaya di dada kita…

Pelepas kesedihan kita…

Penghilang kecemasan & kekhawatiran kita…

Maafkan kami ya Rob yang selalu lalai ini πŸ™πŸ˜”


✍🏻 Anonim - semoga pahala berlimpah siapapun penulisnya

_________________________________________

Cp: @basnahipi

Jumat, 20 Agustus 2021

MENYEMBUHKAN PENYAKIT HATI

 MENYEMBUHKAN PENYAKIT HATI



Penyakit hati tidak bisa sembuh hanya dengan belajar ilmu tasawuf (yang memang salah satu tujuannya agar menyucikan dari penyakit hati), apalagi dengan belajar ilmu fikih, ilmu kalam, atau segala ilmu lainnya. Yang ada, makin tinggi ilmu-ilmu tersebut, maka makin akut penyakit hatinya sebab merasa dirinya semakin berkualitas dengan itu semua. 


Ketika mendengar ayat atau hadis tentang penyucian hati, orang yang hatinya kotor takkan merasa ada yang salah dengan dirinya, justru dia akan mengoleksi ayat dan hadis itu sebagai alat untuk mengoreksi orang lain yang menurutnya tak sebaik dirinya. Semua nasehat dan teori percuma bagi hati yang kotor.


Penyakit hati hanya bisa sembuh dengan riyadhah, aksi nyata untuk melawan jenis penyakit yang diderita, bukan sekedar dengan mendengar nasehat dan teori keilmuan. Misalnya:


- Bila penyakit hatinya adalah menyombongkan kekayaan, maka harus membiasakan diri memakai baju lusuh, kendaraan jelek, dan pergi ke tempat berkumpulnya banyak orang hingga dikira miskin dan diperlakukan sebagai orang miskin. Kalau masih ada perasaan tidak rela, keberatan dan ingin menjelaskan bahwa sebenarnya dirinya kaya, maka artinya penyakitnya tidak sembuh. 


- Bila penyakitnya adalah menyombongkan ilmu, maka harus membiasakan diri tampil seperti orang bodoh, duduk di belakang di tempat orang-orang bodoh yang tak didengarkan siapa pun, mendengarkan nasehat orang lain yang jauh lebih bodoh darinya dan tidak protes ketika penasehatnya salah. Bila masih ada rasa ingin menampakkan keilmuannya, merasa bahwa dirinya jauh di atas orang di sekitarnya, artinya penyakitnya belum sembuh. 


- Bila penyakitnya adalah iri hati dan hasud pada seseorang, maka agar sembuh harus membiasakan diri memuji kelebihan orang yang dia iri/hasudi tersebut. Kalau perlu beri dia hadiah, apresiasi dan dukungan agar orang tersebut semakin sukses dan melampaui dirinya sendiri. Bila ini tidak dapat dilakukan atau dilakukan tetapi dengan kepura-puraan dan masih timbul sakit hati, maka penyakitnya belum sembuh. 


Karena itulah dalam dunia tasawuf ditekankan pentingnya mursyid (pempimbing rohani) yang bisa meresepkan riyadhah yang pas sesuai dengan penyakit hati setiap murid. Tentu mencari mursyid juga tidak mudah sebab dia sendiri haruslah sosok yang sudah melewati serangkaian panjang riyadhah. Kalau sekedar memberi nasehat dan mengutip kalam ulama sih gampang, tapi itu tidak cukup menjadikan seseorang sebagai mursyid. Di depan mursyid yang tepat, seorang murid harus memosisikan dirinya bagaikan mayat yang diapakan saja mau dan tidak protes terhadap riyadhah yang diresepkan. Kalau tidak, tentu terapi pembersihan penyakit hati tidak akan sukses. 


Alkisah ada seseorang yang terdidik dengan penampilan mewah dan berwibawa datang mengunjungi seorang mursyid. Dia berniat untuk berguru sehingga bisa menaikkan kualitas dirinya dengan bimbingan Sang Mursyid. Akan tetapi mursyid tersebut menolaknya mentah-mentah seraya berkata: "Kamu takkan sanggup menjadi muridku". Si calon murid bersikeras memohon agar diterima dan dibimbing. Akhirnya Sang Mursyid berkata: "Baiklah, kalau begitu cukur jenggotmu itu, pakai baju compang-camping, lalu pergilah ke pasar itu sambil membawa permen. Kemudian berteriaklah di sana panggil anak-anak kecil lalu suruh mereka melemparmu dengan kerikil. Siapa yang melakukannya, maka kamu beri beri mereka permen". Mendengar itu, si calon murid yang berwibawa itu merasa tidak siap. Itulah gambaran beratnya riyadhah, aksi nyata pembersihan hati. 


Bisakah riyadhah seperti di atas dilakukan tanpa bimbingan mursyid? Bisa, hanya saja hasilnya kurang terukur sebab tingginya subjektifitas. Sama saja dengan dokter, bila sakit tetap butuh perawatan dokter lain, seorang yang ingin menempuh riyadhah pembersihan hati idealnya tetap membutuhkan pandangan orang lain, meskipun dia sendiri sudah tahu semua teorinya.


✍🏻 Ustadz DR. Abdul Wahhab Ahmad

Senin, 16 Agustus 2021

Games Detektif IPA Asy Syams

 ATURAN MAIN DETEKTIF IPA

1. Silahkan Simak Materi di Google Class Room Pertemuan 5 tentang topik Klasifikasi Makhluk hidup sub topik ciri-ciri makhluk hidup

2. Setelah itu buka buku halaman 37 simak penjelasannya pada video berikut:πŸ‘‡

Klik disini untuk penjelasan pengerjaan tugas

3. Lakukan pengamatan di rumah atau sekitar rumah ananda dan mengisi tabel dn menjawab soal sesuai penjelasan poin 2 di atasπŸ‘†, di tulis di buku tugas ya

4.  Silahkan ananda berFoto dengan benda yg ananda amati dengan menggunakan  seragam sekolah, bebas seragamnya mau pakai putih biru, batik, pramuka, atau seragam olahraga. Satu foto aja ya

5. Setelah selesai foto tugas yg sdh ananda tulis di buku dan foto ananda bersama benda yg ananda amati, silahkan dikirim di no WA +6282352557378 cantumkan nama dan kelas ya

Point 5 diatas khusus kelas AsSyams untuk As Saff silahakn di uplod di GCR yaa

Khusus Asy syams: Pengumpulan terakhir 22 Agustus 2021


Khusus As Saff: 4 september 2021